Kongres Tokoh Agama Singgung Video Porno
JAKARTA, KOMPAS.com — Kongres III Tokoh Agama di Hotel Mercure Convention Center, Jakarta, pada 9-11 Juni 2010 sempat menyinggung beredarnya video porno artis lokal meski tak membicarakannya sampai detail.
Pada acara pembukaan kongres dua tahunan itu, Menteri Agama Suryadharma Ali, Rabu (9/6/2010) malam, mengatakan, seharusnya para artis dapat memberi contoh keteladanan bagi para penggemarnya, bukan malah sebaliknya merusak moral bangsa.
Dia mengatakan, keteladanan sangat penting di tengah anak bangsa yang tengah mengalami degradasi etika. "Penguatan etika sangat penting dalam membentuk karakter bangsa ke depan," katanya menandaskan.
Suryadharma Ali menegaskan bahwa peneguhan karakter bangsa bukan semata tugas Kementerian Agama, melainkan pemangku kepentingan lain juga harus ikut terlibat di dalamnya.
Belakangan ini, di berbagai media massa mencuat pemberitaan artis video porno, yang ditanggapi dengan rasa emosional. Bahkan, ada pihak yang mendesak agar Undang-Undang Pornografi segera diterapkan terhadap para pelaku sehingga memberikan efek jera.
Menag mengaku akan bekerja keras meneguhkan komitmen bangsa dalam mengangkat etika sebagai modal membentuk karakter bangsa.
Dalam acara jumpa pers bersama para tokoh agama, Menag kembali mengulangi pentingnya pembentukan karakter bangsa.
Sebelumnya, Mendiknas Moh Nuh mengatakan bahwa peran tokoh agama sangat penting, terlebih peran edukasi yang memiliki makna utuh, terkait dengan pembentukan karakter bangsa.
Peran lain yang tak kalah penting dari tokoh agama, menurut Mendiknas, adalah peran pencerahan, peran membangun nilai kemanusiaan.
Paling tidak, kata Nuh, ada lima pilar dari tokoh agama yang diharapkan dapat lahir melalui kongres tersebut, yaitu, pertama, pola pikir berpengetahuan; kedua, pola pikir mengombinasikan disiplin ilmu; ketiga, pola pikir dengan kreatif (istihaj); keempat, pola pikir saling menghormati; kelima, menghargai dan pola pikir atas etika.
Mendiknas berharap dari kongres ini para tokoh agama dapat meningkatkan silaturahim. Sebab, harus diyakini bahwa kongres ini sangat berarti bagi kehidupan berbangsa ke depan.
"Kongres ini paling aman, tak perlu diwaspadai, seperti perselisihan," kata Nuh menambahkan.
Memantapkan etika
Kongres tokoh agama ini mengangkat tema "Memantapkan Etika Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara". Hal ini erat kaitannya dengan keprihatinan para tokoh agama terhadap semakin tergerusnya etika dan moralitas di berbagai bidang kehidupan, bidang politik, kebudayaan, dan ekonomi.
Di bidang ekonomi, etika dan moralitas telah hilang ke arah perilaku ekonomi monopolistik dan penumpukan kekayaan pada orang tertentu.
Demikian pula, lanjut dia, di bidang politik, tumbuh demokrasi yang ditandai kebebasan berpendapat dengan mengabaikan etika, tak memerhatikan ekses negatif.
Begitu pula di bidang budaya, masyarakat telah terjebak pada budaya materialistik dan sekularistik, melupakan nilai spiritual dan akal sehat. "Ini menyebabkan masyarakat mulai kehilangan kemuliaan akhlak, kepedulian sesama, dan kepekaan nurani," kata Suryadharma Ali.
Untuk itu ia berharap tokoh agama sebagai agen perubahan sosial (agent of social change) dapat menjadi teladan agar nilai etika dan moral dapat dianut masyarakat Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar